Anggota polisi, Bripka Supriyanto bersama istri dan rekannya memberi bantuan pada Mbah Kamiyem di Dusun Plalar, Umbulrejo, Ponjong,
SEIRING majunya bagian pariwisata di Gunungkidul, ternyata masih tersisa pekerjaan rumah besar untuk pemangku kekuasaan kabupaten terluas se Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Di beberapa pojok daerah masih diketemukan potret kemiskinan warga kabupaten yang mengangkat slogan Gunungkidul Handayani.
Wajah kemiskinan di Gunungkidul ini dapat tergambar dari kehidupan yang dihadapi oleh Mbah Kamiyem (78), warga Dusun Plalar, Desa Umbulrejo, Ponjong. Nenek yang hidup sebatang kara ini tinggal di gubug reot diatas tanah punya warga.
Keadaan rumah yang telah ditempati selama 18 th. ini juga jauh dari kata layak, berbentuk gubug reot memiliki ukuran 2x3 mtr.. Dindingnya terbuat dari bambu serta gedek (anyaman bambu) yang telah berlubang disana sini. Lantainya juga cuma berbentuk tanah dan tak mempunyai listrik untuk penerangan pada malam hari.
Dalam gubug juga cuma ada dua tempat tidur yang terbuat dari bambu dan kasur lantai pemberian orang. Tak ada perkakas yang komplit, cuma ada tungku yang berdekatan dengan tempat tidur. Sesaat untuk memasak, Kamiyem memperoleh bantuan dari donatur berbentuk wajan dan ketel.
Didalam rumahnya itu, Kamiyem telah 18 th. menahan dinginnya angin malam dan air hujan yang menetes karena banyak genting yang berlubang. Bahkan juga terkadang waktu hujan deras, dia terpaksa harus tidur sambil duduk karena tempat tidurnya basah terkena air hujan.
Beruntung, beberapa waktu yang lalu, warga yang prihatin dengan keadaan Kamiyem dengan cara bergotong royong melakukan perbaikan gubug reotnya. “Kulo mpun 18 th. tinggal ten mriki. Kulo waune kerjo ten Kalimantan, selalu wangsul malih ten mriki. (Saya telah 18 th. tinggal di gubug ini. Saya dulunya kerja di Kalimantan, selalu saya pulang serta tinggal disini), ”katanya waktu didapati di rumahnya,
Kamiyem mengaku, sebelumnya tinggal dirumah reot ini, dirinya bekerja sebagai buruh tani di Kalimantan. Sesudah hampir 15 th. merantau, akhirnya kembali pada tanah kelahiran. Tetapi karena ke-2 orangtuanya telah wafat, dirinya tidak lagi mempunyai rumah.
Warga yang kasihan dengan nasih yang dihadapi oleh Kamiyem, pada akhirnya bangunkan gubug di tanah punya warga. Sesaat untuk penuhi keperluan keseharian, Kamiyen selama belasan th. bekerja sebagai buruh serabutan.
Terkadang disuruh oleh warga untuk membantu menyiangi rumput atau mencangkul. Hasil dari kerja serabutan itu lalu dia belikan keperluan keseharian. Lantaran keadaan yang telah cukup tua serta mata yang mulai rabun, sekarang ini Kamiyem mulai mengurangi kegiatan membantu warga berkebun. Untuk bertahan hidup, dia kerap memperoleh bantuan dari warga yang lain.
Bahkan juga terkadang waktu tidak mempunyai uang sekalipun, Kamiyem mengakui konsumsi thiwul dan sayuran yang dipetiknya dari sekitar rumahnya. “ Biasane angsal bantuan karena sangat warga, kolo wingi diparingi daging sapi (biasanya saya bisa bantuan dari warga. Tempo hari bahkan ada yang berikan lauk daging sapi), ”jelasnya.
Ketua RT 04 Dusun Plalar, Wuryanto memberikan bila warganya itu tidak masuk dalam program jaminan kesehatan. “Kalau raskin dia bisa, namun tidak masuk jamkesmas, ”imbuhnya.
Cerita pilu yang dihadapi oleh Kamiyem ini pada akhirnya mulai jadi viral di beberapa sosial media sesudah ada warga yang memposting potret kehidupannya. Akhirnya, sebagian pihak datang untuk membantu Mbah Kamiyem.
Salah satunya anggota polisi Polsek Playen, Bripka Supriyanto. Pengusaha oleh-oleh ini pada akhirnya bersama bebrapa teman entrepreneur di Gunungkidul datang membantu Mbah Kamiyem. Supriyanto datang untuk memberi bantuan material untuk bangun rumah.
“ Kami prihatin dengan keadaan Mbah Kamiyem. Maka dari itu saya mengajak teman-teman entrepreneur untuk berikan bantuan. Idenya, kami akan bangunkan rumah baru untuk Mbah Kamiyem, ”katanya.
Selain membantu bangunkan rumah, Supriyanto mengakui pihaknya akan memberi bantuan keperluan keseharian dan asuransi kesehatan untuk Mbah Kamiyem. “ Nanti kami akan mengusahan asuransi juga karena Mbah Kamiyem ini belum masuk jaminan kesehatan, ”imbuhnya. (Hari Susmayanti | Tribunjogja. com)