Sepenggal Doa Ibu Untuk Anaknya,,, Sedih Bacanya.. !!! ((share))


“Masa silam saya kelam, ” ucap anak muda itu mengenang masa lalunya. Penampilannya yang necis tidak membersitkan sedikit juga sebagai mantan pecandu obat terlarang. Rambut lurus seperti kucai dipotong pendek. Sisirannya yang dibelah tengah memberi penampilan lebih apik. Semburat wajahnya menaruh keteduhan. 

“Dulu, ganja, putaw, atau sabu yaitu teman setia saya, ” lanjut pemuda itu. Awal dirinya berteman dengan beberapa barang terlarang yaitu dari rekan bergaul. Sebagian teman sepermainan menyeretnya untuk beberapa cobalah mengisapnya. Satu, 2 x sampai akhirnya jadi candu. Dirinya menemukan situasi lain sesudah mengonsumsi obat-obat itu, fly. Makin hari, dari saat ke saat, intensitas penggunaan obat itu juga bertambah. Pada akhirnya, dia merasakan, jika tidak memperoleh obat terkutuk itu, dia terasa tersiksa. 

“Bahkan, hingga saya mesti menyilet lengan saya lantas saya isap darah yang keluar. Itu bila saya tidak dapat memperoleh barang setan itu, ” katanya datar seraya memerlihatkan sisi ke-2 lengannya yang iris-iris untuk diisap darahnya. 

Bermacam obat terlarang pernah masuk kedalam badannya. Mulai yang diisap sampai yang disuntikkan. Waktu itu, dianya betul-betul terlilit sekawanan setan. Tak dapat terlepas. Teramat begitu susah untuk memisahkan diri dari mereka. Setiap waktu seolah-olah dianya dikuntit, selalu disodori barang-barang terlarang. 

Nasehat dari orang tuanya tidak pernah dihiraukannya. Begitu pula nasehat dari saudara-saudara atau sanak famili, didengarnya, namun tidak pernah digubris. Ia juga tetap bergelut dengan narkoba. Bisik rayu setan lebih ampuh baginya dibanding dengan nasehat. Perangkap Iblis betul-betul mencengkeramnya. 

“Karena saya tidak pernah menghiraukan nasehat, ada saudara orangtua saya yang mengusulkan supaya saya tidak lagi disadari sebagai anak, ” akunya. “Namun, ibu saya tidak sepakat, ” tuturnya sendu mengenang hal semacam itu. 

Akibat perbuatannya, nama baik keluarga tercoreng di hadapan masyarakat. Terlebih ibunya yaitu seseorang pegiat dakwah. Ibunya kerap disuruh isi beragam pengajian. Banyak orang-orang yang mencemooh serta melecehkan orang tuanya, terlebih ibunya. Dapat mengajari orang lain, namun anak kandungnya sendiri terlilit nafsu setan. Demikianlah diantara kalimat yang terlontar. 

Sungguh, orang tuanya betul-betul sedang diuji. Tidak mengherankan jika saudara-saudaranya mengusulkan supaya dianya dibuang, di keluarkan dari anggota keluarga, serta tidak disadari lagi sebagai anak. Ini semuanya karena beratnya memikul malu. Ya, malu lantaran nama baik keluarga tercoreng. 

Di dalam cemooh, cercaan, serta hinaan beberapa orang, ibunya tetaplah sabar. “Setiap ada saat, ibu selalu menasihati saya. Ibu selalu berikan kelembutan pada saya, ” kenangnya. Ia berupaya tidak untuk menitikkan air mata. Ia berusaha tegar waktu mengenang ibunya yang penyabar. Anak muda itu menghela napas panjang. Situasi sunyi. Daun di pepohonan bergoyang tersentuh angin. Langit biru tersaput tipis awan putih. 

Satu malam, ibunya terbangun. Seperti biasa, ibunya menunaikan shalat tahajud. Malam untuk malam dilaluinya dengan munajat pada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Malam untuk malam ditaburinya dengan rukuk, sujud, zikir, serta doa. “Saat ibu tengah bermunajat, saya terbangun. Saya tatap ibu yang terselubung mukena putih. Seolah-olah mata tidak ingin berkedip. Saya tatap selalu ibu, ” ucapnya sungguh-sungguh. 

Ia meneruskan, “Saat saya memandang ibu, saya seperti diingatkan. Malam itu, kesadaran menyelinap kedalam hati. Malam itu, saya bertobat, ” kisahnya kembali kenang detik-detik tobatnya. 
Mulai sejak momen itu, kehidupan anak muda itu berubah drastis. 

Semangat hidupnya mencuat kembali. Kepedulian pada agama juga tumbuh. Ibadahnya mulai berjalan teratur. Pemuda itu sudah insaf, melalui kembali jalan yang benar. Kegelapan yang sampai kini menyelimuti, pupus. Ia ada dalam sinar jelas benderang. Ia meyakini, semuanya tidak luput dari sepenggal doa ibunda, sesudah kehendak Allah Subhanallahu wa Ta’ala. 

Cerita diatas nyata, diungkapkan segera pada penulis sekitar th. 1980-an. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, 

“Tiga doa yang dikabulkan : doa orang yang dizalimi, doa orang yang sedang safar (dalam perjalanan), serta doa orangtua pada anaknya. ” (HR. At-Tirmidzi no. 3448 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullahu dalam ash-Shahihah no. 598 serta 1797