Kisah ini sekalian menunjukkan begitu ketidaksamaan satu agama tidak jadi satu sekat dalam keluarga.
Perbedaan agama dan kepercayaan sering sekali jadi pembicaraan sensitif yg tidak kunjung ada habisnya. Seringkali perbedaan itu sampai mengakibatkan bentrok bahkan mengakibatkan korban nyawa melayang.
Namun cerita keharmonisan cinta dan kasih sayang seorang ayah dari Papua ini, harusnya bisa menyanggah bila perbedaan agama dan kepercayaan yakni penyebabnya pembicaraan dan konflik antar penganutnya. Karena oleh agama apapun, perpecahan dan perkelahian memang tidak pernah dibenarkan.
Cerita ini diceritakan oleh Abdul Wahab, salah seorang pemuda yang saat ini tengah melakukan dedikasi di Papua, sebagai salah seorang pengajar agama. Ia menceritakan di tempat tinggalnya saat ini. Ada satu potret kesesuaian yang mempesona, pada orang-tua dan anak yang berbeda agama dan keyakinan.
Anak kecil itu yaitu Rudi, seorang bocah kecil yang tentukan untuk memeluk agama Islam, walaupun sesungguhnya ayah Rudi yaitu umat beragama Kristen. Walau berbeda keyakinan, ayah Rudi tidak mempersoalkannya, ia tetaplah menyayangi anaknya seperti harusnya seorang ayah menyayangi anaknya.
" Walaupun beda agama keharmonisan anak dan orang-tua di Papua ini tidak sedikitpun mengakibatkan satu persoalan dalam kehidupan satu hari, " papar Wahab menceritakan cerita tersebut di akun sosial medianya, seperti di ambil
Bukan hanya diperbolehkan memeluk agama yang tidak sama dengan ayahnya, bahkan Rudi juga diizinkan oleh ayahnya untuk menimba pengetahuan agama Islam di Pondok Pesantren Al Payage, satu di antara pondok pesantren di tanah Papua.
Pastinya potret seperti ini jelas menohok sebagian orang yang selalu menyebar fitnah dan perpecahan atas nama agama. Narasi ini sekalian perlihatkan demikian perbedaan satu agama tidak jadi satu sekat dalam keluarga.
" Rudi yang keseharian mengaji, mendengar petuah gurunya Saiful Islam di pondok dan ia juga paham benar intinya akhlak pada orang-tua walaupun berbeda Agama, " lebih Wahab sebagai salah seorang pengajar di pondok Payage itu.
Dari narasi ini, harusnya manusia belajar bila sudah sepatutnya seseorang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan persaudaraan yang lebih mendalam dan lebih mendasar di banding keperluan apapun. Sebab rasa kemanusiaan harusnya tidak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial seperti agama, suku, ras, bhs, tipe kelamin, dll.
SUMBER : brilio. net