Subhanallah ..!! Ini Adalah Azab Allah Kepada Orang Yang Rajin Ibadah.KOK BISA>>>

Siapa pun tidak akan pernah ingin menjadi sosok manusia di bawah ini. Di dunia ia di kenal masyarakat luas sebagai orang yang baik. Ahli ibadah, rajin menuntut ilmu, membaca Al Qur’an, aktif berdakwah dan dermawan bahkan sudah berkorban dengan harta, jiwa dan raganya di jalan Allah. Tetapi, di akhirat keadaannya sangat tragis terkena azab allah di dunia dan mengenaskan karena menjadi penghuni neraka. Apa yang salah? Yang salah adalah niat dan motivasinya dalam beramal. 


Semua kebaikan dan kebajikan yang dilakukan didunia, ternyata tidak didasari dengan ikhlas, mencari ridha Allah swt, tetapi karena riya’ (pamer) dan mengharapkan pujian manusia. Sehingga semua amal kebajikannya juga hancur lebur tidak berbuah pahala sedikit pun. Rasulullah saw sudah memberitakan sosok manusia nestapa ini dalam hadits shahihnya, 

Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili dan dieksekusi adalah : 

Seorang yang mati di jalan Allah. Ia dihadirkan dan diperkenalkan nikmat-nikmatnya, maka ia juga mengenalnya. Lalu di tanya, “Apa yang sudah engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu? ” Ia menjawab, “Aku pergunakan untuk berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid. ” Allah berfirman, “Engkau sudah berbohong. Engkau berperang (dengan motivasi) supaya engkau dipanggil “pemberani” (pahlawan). Maka, hal semacam itu betul-betul telah terwujud. Lalu datang perintah agar diseret wajahnya sampai dijerumuskan kedalam api neraka. 

Dan dihadirkan (juga) seorang yang rajin mencari ilmu, mengajarkannya pada orang lain dan rajin membaca Al Qur’an. Diperkenalkan nikmat-nikmatnya, maka ia juga mengenalnya. Lalu di tanya, “Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu? ” Ia menjawab, “Aku pergunakan untuk menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur’an. ” Allah berfirman, “Engkau dusta. Sesungguhnya engkau rajin mencari ilmu supaya engkau dijuluki sebagai “orang ‘alim” (cerdas, jenius atau intelektual). Dan engkau rajin membaca Al Qur’an supaya engkau di panggil “Qori’” (ahli tilawah). Maka, hal semacam itu juga betul-betul telah terealisir. Lalu datang perintah supaya diseret wajahnya sampai dijerumuskan kedalam api neraka. 

Dihadirkan juga seorang yang diluaskan rejekinya oleh Allah dan dianugerahi bermacam harta yang melimpah. Diperkenalkan nikmat-nikmatnya, maka ia juga mengenalnya. Lalu di tanya, “Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu? ” Ia menjawab, “Tidak ada urusan yang Engkau senang untuk berinfak di situ kecuali aku sudah berinfak di dalamnya hanya untuk-Mu (mencari ridha-Mu) ”. Allah berfirman, “Engkau berbohong. Sesungguhnya engkau berinfak supaya engkau di panggil “dermawan. ” Maka, hal semacam itu betul-betul sudah terwujud. Lalu datang perintah supaya diseret wajahnya sampai dijerumuskan kedalam api neraka” (HR Muslim no. 1905). 

Ayat dan hadits diatas menggambarkan betapa bahayanya riya’. Ia adalah virus ganas yang menyerang amal seseorang dan membumihanguskannya hingga tidak tersisa pahala sedikit juga. Bahkan, Abu Hurairah ra sampai pingsan 3 (tiga) kali saat ingin memberitakan hadits itu karena beliau sangat takut sekali dengan penyakit hati yang paling berbahaya ini (Ar Raaid, Maazin Al Furaih, I/53). 

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria pada manusia dan dia tidak beriman pada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan ; dan Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang kafir” (QS Al Baqarah 2 : 264). 

Mengungkit-ungkit Kebaikan 

Allah swt mengawali pesan-pesan spiritual-Nya dalam ayat itu dengan memanggil orang-orang yang beriman dengan An Nida’ Al Habib (panggilan mesra), “Yaa Ayyuhalladziina Aamanuu”. Hal semacam ini memberikan pemahaman pada kita, bahwa kejujuran keimanan seseorang mendorongnya tidak untuk menghilangkan (pahala) bermacam kebaikan, termasuk juga sedekahnya dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).

 Ia sadar betul, kalau mengungkit-ungkit kebajikan diancam oleh Nabi saw –dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim – dengan dijauhkan dari surga dan tidak di ajak bicara oleh Allah pada hari kiamat. Keimanannya pada Allah menjadikannya selalu beramal dan berbuat kebajikan didasari ikhlas karena Allah dan bukan karena riya’ pada manusia. 

 Berbeda sekali, saat hati kosong dari iman dan dipenuhi oleh riya’. Dalam kajian tafsir Sayyid Quthb –rahimahullah – orang yang riya’ tidak akan bisa merasakan denyut dan secercah iman sebab sudah tertutup oleh riya’. Hati yang semacam ini diumpamakan seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). 

Maka, terkuaklah kerasnya batu itu, walau sudah disiram hujan, ia tetap tidak menumbuhkan tanaman dan tidak membuahkan buah. Begitu pula dengan hati yang berinfak karena riya pada manusia, maka tidak akan membuahkan kebaikan dan membuahkan pahala (Fi Zhilal Al Qur’an, I/303).

 Karena itu, pantaslah bila riya’ adalah sifat dan ciri-ciri orang-orang munafik seperti firman Allah swt, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit. ” (QS An Nisaa’ 4 : 142). 

Sebab-sebab riya’ dan obatnya 

Sifat negatif yang ada pada seseorang bukanlah bawaan dari lahir, tetapi karena ada beberapa faktor pemicunya. Demikian pula dengan riya’, kemunculannya didorong oleh banyak sebab. Diantara sebab-sebab riya’ adalah lingkungan keluarga serta didikan sejak kecil, pengaruh teman yang jelek akhlaknya, tamak, ambisi pada jabatan dan popularitas, serta tidak mengetahui Allah dengan baik. 

Penyakit hati yang juga dikenal dengan sebutan “Syirik Ashghar” (syirik kecil) ini tidak berarti tidak dapat dibasmi dan diobati. Sebab, setiap penyakit tentu ada obatnya, termasuk riya. Diantara obat riya adalah : 

Mengenal Allah lebih mendalam, menjauhi teman-teman yang di kenal sebagai orang yang suka riya’, meningkatkan prinsip pada nilai-nilai-Islam, sering mengingat bebrapa efek negatif riya baik didunia ataupun di akhirat dan sebagainya, selain tentu dengan do’a, meminta perlindungan Allah swt dari virus ganas ini seperti biasa dilakukan oleh beberapa ulama salaf. 

Berbagi itu indah, yuk bagikan ini ke-sesama umat muslim di sekitar kita, semoga kita selalu dilindungi dan berada di jalan ALLAH.